Heartgasm (part 1)

Maafkanlah dengan kebodohanku yang tak bisa mengerti apa maumu dan apa yang terjadi disekelilingmu, aku tak pernah mengerti mengapa kita bisa menjadi seperti ini, aku diam kamupun terdiam. Memendam segala yang tak pernah kamu ungkapkan kepadaku melalui bibirmu yang tipis itu, bibir merah delima yang pernah kukagumi namun tak pernah kusentuh apalagi kucumbu, engkamu tahu sungguh sulit menahan gejolak hasrat ini untuk setidaknya “menyicipi” anugerah tuhan tersebut. Biarlah kamu anggap aku ini bajingan atau apalah tinggal kamu cari saja padanan kata yang tepat yang mungkin saja kata itu kamu temukan dibawah tumpukan sampah yang sudah membusuk penuh belatung yang setidaknya ketika kamu menyadarinya kamu langsung muntahkan kembali coklat Beng Beng yang menjadi kesukaanmu itu. Yaa itulah aku, but I consider myself as a women-fully-detailed-admirer, and as long as I’ve got what I desire, I wanna get more and more !!

Tapi kepadamu aku berbeda tak seperti kepada perempuan perempuanku yang dulu yang pernah dekat denganku dan mengisi hari-hariku, baik yang kupertahankan sampai bertahun tahun maupun cinta satu malamku yang bahkan ku lupa siapa nama mereka dan bra atau lingerie apa yang mereka kenakan saat itu, yang kuingat hanya satu… kesan pertama yang kudapatkan entah itu tarikan nafas, hangatnya bibir mereka, sensasi gigitan mereka, the way they do their “job” and how they make their female-orgasm-sound.

Insting serigalaku yang liar dan haus mencium semerbak bau feromon khas wanita yang sangat kunikmati -melebihi parfum apapun- sembari mendengar desahan-desahan pasrah menggoda –yang bahkan lebih indah dari Die. 9 Mozart Symphony- itu kini berubah menjadi insting seekor kucing rumahan yang jinak, yang manut-manut saja dengan apa yang dikatakan majikannya, walaupun begitu tetap saja awalnya aku berharap untuk setidaknya bisa mempertemukan bibirku yang penuh kelam pendosa ini dengan bibirmu yang selama ini kutahu selalu engkamu pakai untuk mengaji ayat-ayat suci atau kamu gunakan untuk sekedar bergurau dengan temanmu melalui telepon jadul-mu sembari menggunakan bahasa daerahmu yang aku tak mengerti sama sekali. Semakin kubayangkan, semakin kusadari kita begitu jauh berbeda dan hampir identik dalam tanda kutip.

Makin kutersadarkan bahwa kini ku lebih menginginkan hatimu dan bisa melihatmu tersenyum dengan bibir tipis merah delimamu itu sudah cukup untuk membuatku heartgasm, tak perlu kamu lepas jilbab berwarna biru favoritmu agar aku bisa menerawang menikmati dan memuja keindahan dirimu, dan seperti seorang pencuri, aku hanya bisa sesekali mengambil kesempatan dan menancapkan dalam-dalam gambaran tentang dirimu seutuhnya dalam ruang memoriku.

Tak butuh waktu lama sampai kita bisa kenal dekat dan bisa mengajakmu makan Sembilan bulan yang lalu, mungkin karena modal pengalamanku dan pendekatanku yang agak lihai sebagai seorang womanizer karbitan atau memang karena rencana Tuhan sehingga kamu tercipta untuk membuatku menjadi manusia yang lebih suci yang terjauhkan dari kehidupan bejatku dulu ?

Kutahu dirimu tak mudah untuk diajak makan berdua tanpa kamu bawa geng perempuanmu yang berisik itu, tak masalah sebenarnya bagiku tapi mungkin sedikit menyulitkan para lelaki lain yang mencoba untuk mengajakmu makan berdua saja, iya berdua saja. Persis seperti kita makan berdua disebuah café yang cukup terkenal di daerah Kediri. Entah apa yang akan terjadi, bila puluhan bahkan ratusan orang yang gagal mengajakmu hanya untuk sekedar makan itu tahu bahwa akulah si lucky bastard itu, mungkin mereka akan mencabik-cabik badanku yang kurus ini. I think it won’t happened (yet) just my guess.

Di café itu kamu menceritakan tentang kekesalanmu yang berhubungan dengan mantan pacarmu yang kekanak-kanakan itu, yang berani-beraninya membuat affair dengan wanita lain di kota sebelah, sambil menyantap nasi goreng jamur aku hanya bisa merasa empati dan hanya menganggukkan kepala sesekali, hanya para setan yang mungkin menjawab ceritamu sambil tertawa kepadaku.. “perilaku lu lebih gila dari mantan childish, cewek yang lu suka!”.

Perayaan tahun baru satu bulan sesudahnya menjadi suatu kenangan yang berkesan bagiku, yang mungkin tak akan pernah kulupakan, jujur saja baru pertama kali aku menyaksikan letupan letupan kembang api yang hanya bisa disaksikan oleh mataku dengan menerjang areal persawahan yang cukup luas dan gelap. Semuanya indah, bukan karena kembang api yang meletup letup kecil dari kejauhan, tapi karena malam itu kamu bersamaku, kita hanya berdua saja, saat itu hampir tengah malam ketika kubonceng kamu dengan sepeda yang kupinjam dari seorang teman menerjang gerimis dan gelapnya jalanan desa, sudah kukatakan itu adalah hal yang buruk tapi kamu tetap bersikukuh, akhirnya kita hanya berdua saja, dipinggir rentangan sawah yang luas, dan gelap.

Pikiran kotor ku mulai berpikir kreatif, mungkin ini saatnya kulancarkan serangan mautku yang gak mungkin dia tolak, menebarkan flirting that any girls hard to resist yang kemudian berakhir dengan.. well, Kiss on the lips maybe while my hand caressing her arms and the another grouping one of her boobies ? that was insane, Sasha Grey, Maria Ozawa and their gangbang friends already fucked with my mind !! akhirnya muncul suatu waktu ketika aku mulai mengutuk-ngutuk banyaknya skenario film porno murahan yang kutonton. Astaga padahal pada kenyataannya aku hanya diam memaku menatap letupan kembang api yang tampak seperti popcorn bagiku.

Bukan tahun baru kalau gak melihat kembang api katamu, tapi bagiku bukan tahun baru kalau gak melihat kamu ada disampingku sama seperti sekarang. -Walau dipikiranku masih tetap terbayang skenario film porno-

 

….bersambung